• Kegiatanku di Sekolah Minggu, dll

Minggu, 13 Maret 2011

Imlekan di Sekolah Minggu 2011

Gong xi gong xi, xin nian kuai le”, Laoshe Liany mengajarkan anak-anak sekolah minggu mengucapkan salam selamat Tahun Baru China sebelum memulai mendengarkan cerita yang dibawakan oleh Ev. Candra Cahyono.

Di tanggal 6 Februari 2011 ini suasana di aula gereja memang sedikit berbeda. Hiasan lampion bergantungan di langit-langit aula. Di panggung, dipasang pohon-pohonan yang dihiasi angpao-angpao kecil. Guru-guru sekolah minggu juga memakai pakaian merah. Ferry dan Mia yang menjadi MC, memakai baju ala China, bahkan banyak anak yang juga memakai baju ala China. Tahun baru China memang sudah lewat, tapi semuanya tidak ingin melupakan perayaan yang dirayakan oleh sebagian besar keturunan China, apalagi sebagian besar jemaat GKKA Banjarmasin adalah keturunan China.

Ketika mulai acara cerita, anak-anak mulai mendengarkan. Dengan menggunakan gambar-gambar yang ditampilkan di layar, Ev. Candra mulai bercerita. Tema cerita kali ini adalah Darah yang menyelamatkan.





“Cerita di mulai di dataran China. Pada waktu itu, masyarakat hidup damai sampai suatu hari munculah seekor monster. Monster yang bernama Niyan ini menyerang desa. Semua penduduk berusaha melawan untuk mengusir Niyan, tapi Niyan terlalu kuat sehingga banyak penduduk desa tewas. Melihat ini, dewa langit marah dan menghukum Niyan. Niyan pun dikurung.
Tahun pun berganti, orang-orang mulai melupakan Niyan. Lalu terdengar berita bahwa Niyan lolos dari kurungannya. Para penduduk merasa ketakutan sehingga mereka pun mengadakan rapat, memikirkan bagaimana cara mengusir Niyan. Ternyata ada yang tahu Niyan itu takut pada warna merah dan tidak suka dengan suara ribut.
Akhirnya, seluruh penduduk mencat rumah mereka dengan warna merah. Niyan pun datang, tapi ia kebingungan karena kemanapun ia pergi, selalu menemukan warna merah. Tidak hanya itu, para penduduk menyalakan petasan, memukul gong dan membuat keributan-keributan sehingga Niyan menjadi ketakutan dan kabur. Melihat itu, seluruh penduduk desa bersuka cita dan untuk memperingati hari itu, mereka selalu membuat perayaan dan semuanya dihiasi warna merah.”

Selesai bercerita tentang asal mula warna merah di hari imlek, Ev. Candra masih melanjutkan cerita. Cerita berpindah ke jaman ketika bangsa Israel di Mesir.
“Waktu Musa meminta Firaun membebaskan bangsanya, Firaun menolak mentah-mentah. Tuhan marah dan memberikan tulah kepada bangsa Mesir. Tulah pertama adalah air di Sungai Nil berubah menjadi darah. Walau kesulitan air, Firaun tetap keras kepala. Tuhan pun menurunkan tulah-tulah lain seperti Katak, penyakit sampar, lalat pikat, dan belalang. Firaun tetap mempertahankan bangsa Israel. Sampai akhirnya Tuhan akan menurunkan tulah ke sepuluh.
Sebelum tulah itu diturunkan, semua bangsa Israel diperintahkan memotong domba dan darah domba itu dioleskan pada sekeliling pintu rumah mereka. Ketika waktunya, malaikat Tuhan pun turun. Keesokan harinya, terdengar tangisan dari rumah-rumah bangsa Mesir. Semua anak sulung dalam keluarga mereka meninggal. Tak terkecuali anak sulung Firaun. Firaun yang bersedih pun membebaskan bangsa Mesir.”

Dari ke dua cerita diatas, dihubungkan dengan sekarang, dimana Yesus telah mati di kayu salib dan darahnya menghapuskan dosa-dosa kita semua. 

Acara pun kembali berlanjut. Ada kelas 6 yang menyumbangkan tarian. Lihat saja foto mereka yang centil-centil dengan gaun merah. Acara permainan juga memeriahkan perayaan imlek kali ini.  Kemudian, persembahan kali ini juga dibuat lain dari yang biasanya. Anak-anak disuruh memasukan uang persembahan mereka ke dalam amplop merah alias angpao.




Darah Yesus telah menyelamatkan kita semua dari beban dosa. Ia begitu mengasihi kita sehingga ia rela mencucurkan darahnya untuk menyucikan kita dari dosa.




Lama sekali saya tidak update blog ini... acara imlek ini sebenarnya sudah sebulan yang lalu, tapi karena dari awal memang niat upload tentang imlekan ini, jadi saya masukan saja walau terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar